Budidaya Buah Jambu Biji, Budidaya
Tanaman
Jambu biji banyak dibudidayakan di
negara-negara seperti Jepang, Malaysia, Brazilia dan masih banyak lainnya.
Termasuk di Indonesia, terutama di Pulau Jawa yang merupakan sentra penanaman
buah jambu terbesar antara lain di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
DI Yogyakarta, dan Jawa Timur. Sentra produksi yang lain adalah Sumatera dan
Kalimantan. Untuk membudidayakan jambu biji sendiri banyak cara yang dapat
dilakukan diantaranya dengan cara sambung pucuk, okulasi, dan cangkok. Dari
masing-masing cara mempunyai keunggulan tersendiri. Namun dari ketiga cara diatas,
perbanyakan Jambu biji yang paling sering digunakan oleh petani atau penangkar
bibit adalah cara yang kedua yaitu okulasi. Cara ini banyak digunakan karena
cukup mudah dan sederhana serta hemat entres sebab yang digunakan hanya mata
tunas. Dengan keterbatasan entres maka cara perbanyakan okulasi ini akan
menghasilkan bibit lebih banyak dibandingkan dengan cara sambung pucuk atau
cangkok. Namun diperlukan pengalaman dan keterampilan agar proses penyambungan
lebih sempurna dan berhasil. Cara perbanyakan dan budidaya tanaman jambu biji
adalah sebagai berikut:
Persiapan Awal :
Untuk membuat okulasi diperlukan semai yang
sudah berumur 15-18 bulan sebagai pohon pokok. Selain itu juga harus berasal
dari indukan dengan kualitas prima, sehat, produksi buah melimpah, kualitas
buah baik, rasa buah manis dan kuat terhadap serangan hama dan penyakit.
Biasanya perbanyakan dengan cara okulasi dilakukan pada pohon yang telah
berumur kira-kira 1 tahur untuk diambil cabangnya. 10 – 15 hari
sebelumnya pucuk cabang yang akan diambil matanya dan dibuang daunnya.
Langkah Okulasi :
• Siapkan bahan dan alat yang akan
digunakan untuk proses okulasi, diantaranya adalah gunting stek, pisau okulasi
yang tajam dan anti karat, dan tali plastik
• Siapkan batang bawah yang berumur 8-12
bulan setelah semai. Batang bawah disayat selebar 0,5 – 0,7 cm, panjang
3 – 4 cm, kemudian tarik bagian kulit yang telah disayat tersebut
sehingga nampak berbentuk seperti lidah. Tinggi sayatan okulasi 10 – 15
cm dari permukaan tanah.
• Penyayatan entres dilakukan dari arah
bawah ke atas dengan pisau okulasi . Potong kulit tersebut sehingga bentuk dan
ukurannya sama dengan sayatan batang bawah. Cabang entres yang
digunakan adalah yang telah berwarna kecoklatan dengan mata tunas yang sudah padat.
• Kayu yang masih menempel pada sayatan
dibuang secara perlahan-lahan agar kelang-sungan hidup kulit bisa terjamin.
• Tempelkan segera sayatan mata tunas
tersebut pada batang bawah, kemudian diikat rapat dengan tali plastik. Mata
tempel jangan ditutup karena merupakan tumbuhnya tunas.
• Tiga minggu setelah pelaksanaan
okulasi tali balutan dibuka. Apabila bidang okulasi masih hijau berarti okulasi
jadi.
• Untuk merangsang tumbuhnya mata tempel
maka pohon pangkal ( 5 cm di atas mata tempel ) harus dirundukan.
• Setelah mata tempel tumbuh kuat potong
pohon pangkal di atas mata tempel yang hidup.
• Ganti media tanam setelah bibit agak
besar, agar pertumbuhannya lebih baik. Media tanam berupa campuran tanah,
pupuk kandang matang, dan sekam padi dengan perbandingan 1:2:3. Plastik
pengganti harus lebih besar yaitu berdiameter 25 cm dan tinggi 35 cm.
• Bibit siap untuk di tanam di kebun
setelah berumur 1,5 – 2 tahun.
Pesiapan Media Tanam:
Setelah bibit siap, untuk di tanam langkah
selanjutnya adalah mempersiapkan media tanam terlebih dahulu. Adapun syarat
media tanam yang harus dilakukan agar tanaman jambu biji dapat tumbuh maksimal
adalah sebagai berikut tempat penanaman harus subur dan banyak mengandung
nitrogen. Jika kurang gembur maka sebaiknya dipupuk terlebih dahulu, dicangkul
dengan kedalaman kira-kira 30 cm. Gunakan pupuk kandang dengan jumlah 40
kilogram per meter perseginya. Setelah lahan subur, saatnya membukan lahan.
Basmi semua tanaman penganggu seperti semak-semak juga rerumputan.
Langkah Penanaman:
• Cangkul tanah atau lahan tanam sedalam
50 cm.
• Kemudian buat saluran air selebar 1 m
dengan kedalaman disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem
pembuangan air yang kurang lancar.
• Apabila tanah atau lahan tanam terlalu
kurus & kurang humus/ tanah cukup liat, berikan pupuk hijau yang dibuat
dengan cara mengubur ranting-ranting & dedaunan, lalu biarkan selama kurang
lebih 1 tahun sebelumnya. Agar tanah terlihat subur dan humus.
• Untuk tanah yang sudah humus kemudian
lakukan pemupukan pada lahan sebanyak 2 kaleng minyak tanah (4 kg) per meter
persegi.
• Buat bedang dengan lebar 3 m,
panjang sesuai dengan kebutuhan, dan tinggi sekitar 30 cm. Bagian atas tanah
diratakan guna menopang bibit yang akan ditanam.
• Pada bedeng tersebut buatkan lubang
tanam dengan ukuran 1 x 1 x1 x 0,8 m dan sebaiknya dibuat 1 bulan sebelum masa
tanam.
• Jarak antara lubang tanam sekitar 7
sampai 10 meter. Setelah lubang tanam siap ditanami, masukkan benih yang telah
di okulasi tadi ke dalam lubang tanam.
• Kemudian tutup lubang dengan tanah
galian di sekitar bedeng tersebut.
Penyiraman:
Selama dua minggu pertama setelah bibit yang
berasal dari okulasi ditanam, penyiraman dilakukan sebanyak dua kali sehari
yaitu pagi dan sore. Dan minggu-minggu berikutnya penyiraman dapat dikurangi
menjadi satu kali sehari. Apabila tanaman jambu biji telah benar-benar tumbuh
dengan kuat maka frekuensi penyiraman bisa dilakukan saat-saat diperlukan saja.
Bila turun hujan terlalu lebat usahakan agar sekeliling tanaman tidak tegenang
air dengan cara membuat lubang saluran untuk mengalirkan air. Dan sebaliknya
pada musim kemarau, apabila tanah kelihatan merekah maka diperlukan penyiraman
dengan menggunakan pompa air 3 PK untuk lahan seluas kurang lebih 3000 m2 &
lakukan sehari sekali setiap sore hari.
Pemupukan:
Untuk menjaga agar kesuburan lahan tanaman
jambu biji tetap stabil perlu diberikan pupuk secara berkala dengan aturan:
1. Pada tahun 0-1 umur penanaman bibit
diberikan pada setiap pohon dengan campuran 40 kg pupuk kandang, 50 kg TSP, 100
gram Urea & 20 gram ZK dengan cara ditaburkan disekeliling pohon atau
dengan cara menggali tanah di sekeliling pohon sedalam 30 cm & lebar antara
40-50 cm, kemudian masukkan campuran tersebut & tutup kembali dengan tanah
galian sebelumnya. Tanaman bisa berbuah 2 kali setahun.
2. Pemupukan tanaman umur 1-3 tahun, setelah
tanaman berbuah 2 kali. Pemupukan dilakukan dengan NPK 250 gram/pohon, &
TSP 250 gram/pohon, & seterusnya cara seperti ini dilakukan setiap 3 bulan
sekali dengan TSP & NPK dengan takaran sama.
3. Pemupukan tanaman umur 3 tahun keatas,
Kalau pertumbuhan tanaman kurang sempurna, terutama terlihat pada pertumbuhan
tuas hasil pemangkasan raning, berarti selain TSP & NPK dengan ukuran yg
sama tanaman memerlukan pupuk kandang sebanyak 2 kaleng minyak per pohon. Cara
pemupukan dilakukan dengan membuat torakan yg mengelilingi tanaman persis di
bawah ujung tajuk dengan kedalaman sekitar 30-40 cm & pupuk segera di tanam
dalam torakan tersebut & tutup kembali dengan bekas galian sebelumnya.
Pemangkasan tanaman :
Agar tanaman jambu biji mendapatkan tajuk
yang rimbun, setelah tanaman berumur 2 tahun segera dilakukan pemangkasan pada
ujung cabang-cabangnya. Disamping untuk memperoleh tajuk yang seimbang dan
memberi bentuk tanaman, pemangkasan juga berguna untuk memperbanyak dan
mengatur produksi agar tanaman tetap terpelihara. Pemangkasan juga perlu
dilakukan setelah masa panen buah berakhir, dengan harapan agar muncul
tajuk-tajuk baru sebagai tempat munculnya bunga baru pada musim berikutnya dengan
hasil lebih meningkat atau tetap stabil keberadaannya.
Pembersihan Gulma:
Rumput atau gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman perlu disiangi agar tanaman dapat tumbuh dengan baik. Penyiangan
disesuaikan dngan lebar tajuk tanaman. Diameter penyiangan untuk tanaman yang
masih kecil biasanya 0,5-1 m, sedangkan tanaman sedang berdiameter 1,5-2 m, dan
tanaman besar lebih dari 2m. Kedalaman penyiangan rumput biasanya antara 5-10
cm, tetapi hal ini dipengaruhi jenis rumput yang ada. Penyiangan terhadap
tanaman yang masih kecil dilakukan setiap bulan sekali. Sementara penyiangan
terhadap tanaman yang sudah besar dilakukan antara 2-3 bulan sekali atau
disesuaikan dengan keadaan gulma yang ada. (***)