Tribuntimur/Sanovra
Perwira polisi menyalami ketua KPK nonaktif, Abraham
Samad sambil menunduk saat di Bandara Internasional Sultan Hasanuddin,
Makassar, Selasa (24/2/2015).
BOGOR- Masa
kepemimpinan Abraham Samad sebagai Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi akan
berakhir pada pertengahan Desember 2015.
Abraham saat ini dinonaktifkan lantaran terjerat
pidana dalam kasus dugaan penyalahgunaan wewenang atas pernyataan kader PDI
Perjuangan Hasto Kristiyanto, yang menyebut Samad melakukan sejumlah lobi
politik demi mendapat posisi sebagai calon wakil presiden, mendampingi Joko
Widodo.
Satu pimpinan lainnya, Bambang Widjojanto juga
dinonaktifkan karena menjadi tersangka kasus dugaan mempengaruhi saksi untuk
memberikan keterangan palsu dalam sidang sengketa Pilkada di Mahkamah
Konstitusi.
Dalam satu acara KPK, Abraham meminta maaf atas
hal-hal yang terjadi pada KPK jilid III.
"Sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari
kesalahan. Mudah-mudahan kesalahan itu bisa diperbaiki," ujar Abraham di
Ciawi, Bogor, Jumat (20/11/2015) malam.
Abraham mengatakan, apapun yang terjadi pada KPK
sebaiknya tidak menjadi momok bagi pimpinan periode selanjutnya.
Pimpinan mendatang, kata Abraham, harus menjaga agar
KPK tidak dilumpuhkan dan dimatikan.
"Pemberantasan korupsi tidak akan pernah sirna
dan rubuh karena AS dan BW ditersangkakan. Masih ada (pimpinan) yang
lain," kata Abraham.
"Yang terpenting, pemberantasan korupsi tidak
boleh kalah. Tidak boleh tunduk pada intervensi manapun juga," lanjut dia.
Abraham mengaku bersyukur seiring dengan penonaktifan
dirinya dan Bambang, Presiden Joko Widodo menunjuk Taufiequrachman Ruki sebagai
pelaksana tugas ketua KPK dan dua pimpinan sementara lainnya.
Menurut dia, ditangan pelaksana tugas dan pimpinan KPK
aktif yang tersedia, KPK masih aktif memberantas korupsi meski sempat terhambat
saat kriminalisasi terjadi.
"Pak Ruki bisa melanjutkan, alhamdulilah kapal
yang diterpa gelombang yang besar lambat laun kembali hidup dan sudah menemukan
jalannya kembali," katanya
Abraham berharap, sejumlah hal yang menimpa KPK
belakangan menjadi pembelajaran bagi pimpinan jilid IV, bukannya malah membuat
nyali mereka ciut.
Bahkan, sebaiknya nyali untuk memberantas korupsi kian
tumbuh.
Jika kehilangan nyali, kata Abraham, maka koruptor
akan mencari celah untuk masuk dan melemahkan KPK.
"Selama ini dari periode I sampai III, KPK selalu
memperlihatkan taring dalam memberantas korupsi. Oleh karena itu, ini yang
harus dilanjutkan," kata Abraham.(*)
SUMBER: SRIPOKU.COM,


