ilustrasi
HIDUP terus
berputar. Kadang di atas , kadang di bawah. Banyak orang juga yang tidak
sanggup menghadapi kondisi di bawah. Sephia, 52, merupakan satu di antaranya.
Warga asal Pandegiling itu memilih untuk meninggalkan suaminya, Donwori, 60,
yang sudah tidak kaya-raya seperti dulu. Alamakkkk...
Jika
Tuhan telah berkehendak, nasib seorang bisa dibalik 180 derajat. Tujuh bulan
lalu Sephia dan Donwori masih menikmati rumah megah di kawasan Pondok Candra,
Waru, Sidoarjo, Jatim.
Tapi
sekarang, semuanya sirna dalam sekejab. Sahabat yang juga rekan bisnis Donwori,
sebut namanya Donjuan, 57, telah menipu mereka.
Seluruh
harta milik Donwori yang telah dikumpulkan bertahun-tahun dijadikan jaminan ke
bank untuk membiayai pengembangan bisnis jual beli bahan bangunan yang selama
ini telah dikelolanya.
Jika
dirupiahkan, total harta yang dijadikan jaminan itu sekitar Rp 5 miliar.
Jumlah
itu terdiri atas rumah, tanah, mobil, truk, pikap, dan lain- lain. ”Ndak
tahunya Bapak (Donwori, Red) ditipu. Temannya (Donjuan, Red) ternyata main
curang,” kata Sephia di sela-sela pendaftaran gugat cerai di Pengadilan Agama,
Jalan Ketintang Madya, kemarin (31/7).
Ia
menuturkan, sejak pensiun dari bank, Donwori menyerahkan pengelolaan bisnis
jual beli bahan bangunan kepada sahabatnya itu. Hal itu disebabkan kondisi
fisik Donwori mulai lemah. Tetapi, selama ini Donwori tetap memantau bisnisnya.
Tapi,
sejeli-jelinya Donwori, ternyata dia tertipu juga. Rupanya, Donjuan bermain
nakal. Dia menyelewengkan kewenangan dengan menggadaikan seluruh aset bisnis
atas nama Donwori.
Apakah
Donwori tidak tahu?
Ternyata
tahu. Tetapi, dia dulu percaya kepada Donjuan. Donwori pun dengan gampang memberikan
tanda tangan aset untuk jaminan ke bank.
”Sekarang
Bapak tidak bisa membayar cicilan. Akhirnya seluruh aset kami disita. Bapak
frustasi dan sempat masuk rumah sakit. Setelah sembuh, dia mengajak saya untuk
pulang ke Pacitan,” kata Sephia.
Menurut
ibu dua anak itu, setelah pensiun, Donwori punya cita-cita untuk kembali ke
Pacitan. Padahal, sebetulnya Sephia tidak ingin pulang ke kampung
suaminya.
”Usai
kawin, saya pernah tinggal seminggu di Pacitan. Saya tidak betah, panas.
Apalagi, rumah suami di gunung kapur,” tegas Sephia. Meski demikian, dia tetap
ngikut.
Sephia
mengaku, belum setengah tahun tinggal di Desa Gendaran, Kecamatan Donorojo,
Pacitan, dia harus mengubah gaya hidupnya. Jika di Surabaya dia bergaya hidup
bak sosialita dan sering berbelanja ke mal, di Pacitan, Sephia harus bekerja
sebagai tukang pemecah batu.
”Hidup
empat bulan di Pacitan kayak hidup bertahun-tahun. Badan sakit dan tanganku
rusak,” kata Sephia.
Nah,
saat Lebaran lalu, Sephia memanfaatkannya untuk pulang ke Pandegiling,
Surabaya. Selain berlebaran, rupanya dia sudah tidak ingin balik ke Pacitan.
Dia memutuskan untuk menggugat cerai Donwori.
Sephia
mengaku bahwa dirinya lebih suka tinggal di Surabaya daripada tinggal di
Pacitan jadi tukang pemecah batu. ”Di sini, saya bisa buka peracangan,” kata
Sephia. (*/mas/jee)