Royanee
Samae. Foto: Jawa Pos Radar Jember
JEMBER
– Royanee Samae memutuskan menempuh kuliah di Indonesia, setelah
keinginannya mencari sang ayah begitu kuat.
Kepulangan
ayahnya ke Indonesia sejak 2002 tanpa kabar hingga kini membuat gadis asal
Pattani tersebut bertekad mengajak sang ayah untuk bertemu dengan ibu dan
adiknya di Pattani.
Sang
ayah memang orang Indonesia yang menikah dengan perempuan asli Pattani,
Thailand, bernama Hameedah Bodok. Dari pernikahan tersebut, mereka mempunyai
dua anak, yakni Royanee Samae dan Khadijah Samae.
Namun,
pada 2002 Wahib meninggalkan keluarganya dan kembali ke Jember tanpa memberi
kabar sama sekali. Kala itu Wahib datang ke Thailand untuk bekerja sebagai
petani karet di Songkhla, Thailand, selama sepuluh tahun.
Mereka
tinggal di kawasan 76/1 MI T.Kholotanyong A.Nongcek J.Pattani. ’’Beliau pergi
ketika saya baru berusia delapan tahun dan adik saya enam tahun,’’ ungkap
Royanee.
Data
yang dimiliki Royanee dan ibunya hanya sebuah foto keluarga yang sudah usang
dan KTP Wahib. Tidak tertera tanggal lahir di kartu identitas itu. Hanya,
informasi usia Wahib pada 1983 adalah 33 tahun. Jadi, Wahib saat ini
diperkirakan berusia 65 tahun. Alamat yang tertera di sana adalah Jalan
Ronggowarsito RT 277, RK 47, Jember Lor, Patrang.
Menurut
cerita ibunya, sebelum berangkat ke Thailand, Wahib menikah di Indonesia dan
mempunyai dua anak laki-laki dan perempuan. Namun, Royanee tidak mengetahui
identitas mereka sehingga dirinya tidak bisa mereka-reka usia mereka saat ini.
’’Ketika itu ayah tidak menceritakannya kepada kami,’’ ungkapnya.
Gadis
kelahiran 10 Desember 1994 itu menuturkan tidak ada permasalahan rumah tangga
yang dihadapi keluarganya. Seingat Royanee, ayahnya pergi untuk urusan
perpanjangan visa dan paspor. ’’Sejak saat itu tidak ada kabar sama sekali
sampai hari ini,’’ tuturnya
Ketika
mengetahui Royanee akan menempuh pendidikan di Indonesia, Hameedah membekali
putri sulungnya dengan sebuah foto usang dan kartu identitas milik Wahib dengan
nomor KTP VIII/921/512/02/83. Keinginan ibunya hanya satu, bisa bertemu Wahib.
’’Bahkan,
jika ayah tidak punya biaya untuk datang ke Thailand, ibu siap membantu,’’ ucap
Royanee.
Karena
itu, tekad Royanee untuk menemukan ayahnya sangat besar. Royanee tiba di
Indonesia dengan keyakinan kuat bahwa dirinya akan menemukan sang ayah sebentar
lagi.
’’Begitu
menginjakkan kaki di bandara, muncul perasaan bahwa saya sangat dekat dengan
ayah,’’ ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Dibantu
para mahasiswa Pattani, Thailand, yang berkuliah di Jember, Royanee mendatangi
kantor Kelurahan Jember Lor dan kantor Camat Patrang. Namun, informasi yang
dimiliki terlalu minim dan sudah sangat lama. Apalagi, wilayah Patrang sangat
luas.
’’Kami
harus mencari di antara warga yang sudah sepuh dan sebagian warga di sana
tergolong baru sehingga tidak mudah mencarinya,’’ paparnya.
Meski
demikian, mahasiswi semester tiga itu tidak putus asa. Rekan-rekan senegaranya
di Jember ikut menyemangati Royanee. ’’Selain itu, petugas di kelurahan dan
kecamatan berjanji menghubungi mantan ketua RT dan RW yang dulu tinggal di
daerah sana,’’ ujarnya.
Royanee
sangat berharap bisa bertemu langsung dengan ayahnya. Selain itu, dengan
publikasi ini, dia berharap bisa menemukan titik terang dalam pencarian yang
dijalani sekarang.
’’Mungkin,
ada kerabat atau rekan ayah yang mengetahui keberadaan ayah saya sekarang,’’
ujarnya penuh harap. (c1/har/c15/ano)