Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku sengaja memotong anggaran
rehabilitasi sekolah pada anggaran 2015.(ilust/SINDOphoto)
JAKARTA
- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mengaku sengaja memotong
anggaran rehabilitasi sekolah pada anggaran 2015. Banyaknya anggaran
rehabilitasi yang tidak masuk akal menjadi alasan sang Gubernur.
"Masa
rehab satu sekolah saja Rp30-50 miliar, itu mah bikin universitas. Gila saja
rehab segitu biayanya, makanya saya coretin, lebih baik sisa lebih penggunaan
anggaran (SiLPA) besar enggak apa-apa lah, daripada rehab sekolah segitu
besarnya," ujar Ahok di Balai Kota DKI Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu
(12/8/2015).
Ahok
menuturkan, sangat marah saat mengetahui 47% sekolah di Jakarta sudah rusak.
Namun tetap melakukan pembelian yang mengada-ada dan tidak masuk akal.
"Kita
akan perbaiki 2016 (sekolah rusak di Tambora), itu yang buat saya marah. Kenapa
sekolah rusak beli komputer, beli scanner Rp3,8 miliar, beli uninterruptible
power supply (UPS) Rp6 miliar, beli elektronik sistem pemadam sekolah Rp6
miliar, sekolah rusak kok, kan ini aneh-aneh saja," tukasnya.
Sebelumnya,
para siswa SMP 159 yang berada di Jalan Jembatan Besi, Tambora, Jakarta Barat
terpaksa belajar di perpustakaan dan musala karena kekurangan ruang kelas. SMP
tersebut dibangun pada tahun 2003 dan terletak di sebuah gang yang diapit mal
dan rumah warga.
Kondisi
ruang belajar yang sudah tidak layak lagi dan jadwal masuk yang tidak lagi
dipisah pagi dan siang membuat Kepala Sekolah SMP 159 Abdul Rivai Harahap
menggunakan musala dan perpustakaan menjadi ruang belajar.
Rivai
menjelaskan, setiap harinya ada 16 rombongan belajar yang dilaksanakan di
sekolah tersebut. Belasan rombongan belajar itu dibagi untuk kelas 7 sebanyak 5
rombongan belajar, kelas 8 sebanyak 6 rombongan belajar, dan kelas 9 sebanyak 5
rombongan belajar. (Yuanita)
(whb)