Asinan Betawi, Enak Banget ya....

Asinan Betawi, Enak Banget ya....





Asinan Betawi, Enak Banget ya....


Jakarta, News BUANA.COM.
        Pamor asinan Betawi selama ini memang kalah oleh asinan Bogor. Jika warga Jakarta berlibur ke Bogor, oleh-olehnya pastilah asinan, ubi, atau beberapa makanan khas lain. Padahal, asinan Betawi sebenarnya sudah ada dari "sononya", hanya kurang terpromosikan.
       Paling tidak, itu kata bang Hasan (76), penjual asinan Betawi yang biasa mangkal di Pasar Rawa Belong. bang Hasan sendiri, pada tahun 2006 lalu, dinobatkan sebagai juara kedua kompetisi asinan kaki lima yang diselenggarakan Hotel Ibis-Accor dalam acara Ibis Street Festival 2005. Dalam acara itu, Hotel Ibis juga mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (Muri) setelah berhasil meracik asinan Betawi terberat sedunia, 1.630 kilogram.
       Asinan bang Hasan dinilai juri masih kalah rasa dibandingkan dengan asinan bang Arso (26), warga Bukit Duri yang biasa berdagang di Jalan Karawang, Menteng, Jakarta Pusat. Namun, sejumlah pembeli mengatakan, asinan bang Hasan juga enak karena bumbunya pas betul di lidah. Apalagi, bang Hasan memang sudah berpengalaman berjualan asinan. "Enak, pedes-nya juga pas. Saya beli lagi dibungkus dua, bang" ujar seorang konsumen tetap bang Hasan.
       Bang Hasan yang memang asli Betawi itu mulai berjualan asinan sejak tahun 1943 ketika dia masih berusia 14 tahun. Awalnya memang hanya ikut membantu orangtuanya, tetapi pelan-pelan dia mulai berusaha sendiri. Kini, bang Hasan sudah mempunyai lima anak dan 18 cucu, tetapi dia masih setia berjualan asinan Betawi di lokasi yang sama, Pasar Rawa Belong, Jakarta Barat. "Dulu saya jualan asinan dengan dipikul, lalu setelah punya gerobak dorong, ya didorong. Setelah itu, baru lah saya menetap di Pasar Rawa Belong, di kaki lima. Saya bayar sewa tempat untuk lapak saja," papar bang Hasan.
      Menurut keterangan bang Hasan mengatakan bahwa dulu, meski asinannya cukup laris, penghasilan bang Hasan tetap tidak cukup untuk menyekolahkan lima anaknya hingga ke tingkat SMP apalagi SMA. "Anak banyak, sekolah mahal. Akhirnya ya cukup sampai lulus SD saja. Meskipun jualan saya laris, ya paling berapa sih. Asinan kan murah, penghasilan ya asal cukup saja untuk hidup sehari-hari," tuturnya.
       Kini, lima anaknya sudah mandiri semua. Anak pertamanya pun sudah mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga lulus SMA. Jefri (23), misalnya. Cucu keempat dari anak pertamanya itu sudah lulus SMA meski tidak berminat lagi meneruskan ke jenjang lebih tinggi."Lulus SMA sudah bagus, sampai sarjana juga belum tentu bisa kerja bagus," kilah Jefri yang mengaku akan membuka usaha sendiri.Meski usianya sudah senja, bang Hasan mengaku tidak ingin membebani lima anaknya jika hanya menganggur di rumah. Mumpung tenaga masih kuat, dia pun masih terus mengulek sambal, mengiris kol, dan membuat asinan yang enak.
"Penghasilan bersih rata-rata Rp 50.000 sehari. Cukup lah untuk hidup saya dan istri," ujar bang Hasan yang berniat akan terus berjualan asinan sampai akhir hayat, katanya.
      Lalu, apa sih resep asinan bang Hasan? "Cabai dimatangkan dulu sebelum diulek, lalu kacang digiling sampai lembut, baru diguyur kuah. Untuk kuah, gula satu kilogram dicampur air sedikit saja, jadi bisa kental," tuturnya.
       Menurut keterangan Jajang Mulyana Eksekutif Chef Hotel Ibis-Accor Jakarta mengatakan bahwa bahan dan bumbu asinan sebenarnya sederhana. Namun,  tantangannya cukup tinggi. "Tingkat kesulitan membuat asinan cukup besar, mengingat bahan-bahannya adalah sayuran. Jika tidak pintar meracik, dalam beberapa jam saja sudah rusak," paparnya.
      Lebih jauh Jajang Mulyana katakan bahwa untuk membuat proyek asinan seberat 1.630 kilogram dia harus bereksperimen terlebih dahulu sampai tiga kali, sehingga tercipta komposisi dan cita rasa yang pas. Yakni bahan mentah sebenarnya mencapai 2.000 kilogram, tetapi setelah diramu dan dibuang yang tidak berguna, berat menyusut menjadi 1.630 kilogram.
       Adapun bahan yang digunakan menurut Jajang Mulyana yakni 600 kg kol, 300 kg tauge, 150 kg tahu, 150 kg sawi asin, 75 kg kacang tanah, 300 kg mentimun, 100 kg gula merah, 100 kg gula putih, 60 kg cabe merah, 5 kg ebi, 60 liter cuka, 5 kg garam, dan bumbu lain yang membuat asinan bertambah lezat.
        Ditempat terpisah, Direktur Operasional Accor Indonesia Gerard Guillouet mengatakan bahwa pihaknya berusaha mengangkat Asinan sebagai makanan khas Betawi yang selama ini terpojok dan kalah dengan makanan tradisional lain. Padahal, asinan sebenarnya enak, tetapi wisatawan jarang mencoba makan hanya karena biasa dijual di kaki lima yang terkesan kotor dan tidak higienis. "Asinan ini harus dipromosikan agar terangkat sehingga menarik wisatawan. Kami akan bekerja sama dengan Dinas Pariwisata DKI Jakarta, misalnya dalam satu hari seminggu atau sebulan, ada jalan-jalan tertentu di Jakarta yang ditutup untuk berjualan makanan Betawi," tandas  Direktur Operasional Accor Indonesia Gerard Guillouet .(***)
Bagikan berita :
 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. BUANA POST.Com - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI