Ilustrasi yang dirilis tim
artistik NASA membandingkan bagaimana perbandingan ukuran Bumi (kiri) dengan
planet Kepler-452b. (Dok NASA)
CAPE
CANAVERAL – Kamis (23/7) waktu setempat atau Jumat (24/7) WIB, Badan Antariksa
Amerika Serikat (NASA) mengumumkan, pesawat antariksa Kepler berhasil menemukan
planet ’’saudara’’ bumi, namun berukuran lebih besar dengan umur orbit lebih
tua.
Sebagaimana
dilansir kantor berita Reuters Jumat (24/7), planet yang 60 persen lebih besar
dari bumi itu berada di kawasan yang oleh para astronom dinamai konstelasi
Cygnus yang berjarak 1.400 tahun cahaya dari bumi.
’’Hari
ini bumi tak lagi kesepian. Dari pengalaman saya terlibat dalam riset ini,
planet inilah yang paling mirip dengan bumi jika dibandingkan dengan
temuan-temuan sebelumnya,’’ kata astronom peneliti Kepler, Jon Jenkins, di
Moffett Field, California, kemarin.
Planet
yang disebut Kepler-452b atau Bumi 2.0 itu mengorbit bintang yang berusia
sekitar 6 miliar tahun, lebih tua daripada matahari yang berusia 4,6 miliar
tahun.
Dalam
ilmu astronomi, semakin tua usia orbit, semakin besar kemungkinan kehidupan
yang terbentuk di sana.’’Itu waktu yang cukup lama bagi kehidupan untuk muncul
di suatu tempat pada permukaan atau samudranya,’’ jelas Jenkins.
Yang
paling menarik dalam temuan Kepler-452b adalah adanya bintang yang sangat mirip
dengan matahari. Waktu yang dibutuhkan Kepler-452b untuk mengorbit bintangnya
(waktu 1 tahun) adalah 385 hari. Jumlah itu tidak berbeda jauh dengan waktu 1
tahun di bumi yang berisi 365 hari.
Jarak
Kepler-452b ke bintangnya lebih jauh 5 persen daripada jarak bumi ke matahari.
Namun, sumber cahaya di sana lebih terang sehingga planet tersebut mendapat
jumlah energi yang sama seperti yang diterima dunia yang ditinggali manusia.
’’Sinar matahari yang diterima Kepler-452b mirip dengan yang didapatkan bumi,’’
kata Jenkins.
Dari
kejauhan, suhu permukaan Kepler-452b juga tampak cocok untuk air, satu unsur
yang diyakini terpenting untuk adanya tanda kehidupan. Berdasar ukurannya, para
ilmuwan yakin Kepler-452b berbatu seperti bumi, meski teori itu didasarkan pada
analisis statistik dan pemodelan komputer, bukan bukti langsung.
’Dengan
radius 60 persen lebih besar dari bumi, planet ini agaknya lebih mungkin
berbatu,’’ katanya.
Dari
ukurannya, Jenkins juga menduga Kepler-452b memiliki gravitasi dua kali lebih
kuat dari permukaan bumi. ’’Planet tersebut juga bisa punya atmosfer tebal,
langit berawan, dan gunung-gunung api aktif,’’ tambahnya.
Ahli
astronomi dari Nottingham Trent University, Inggris, Dr Daniel Brown menyambut
gembira temuan Kepler 452b yang diyakininya menerima spektrum dan intensitas
cahaya yang sama seperti kita di bumi.
’’Ini
berarti tanaman dari planet kita bisa tumbuh di sana jika terdapat bebatuan dan
atmosfer. Anda bahkan bisa melakukan tanning (berjemur) seperti saat liburan,’’
ungkapnya.
Para
ilmuwan sebelumnya menemukan planet seukuran bumi yang mengorbit di
bintang-bintang yang disebut berada di ’’zona layak huni’’. Tetapi,
bintang-bintang itu lebih dingin dan lebih kecil jika dibandingkan dengan
matahari, bintang kuning tipe G2.
’’Ini
kemajuan hebat dalam penemuan planet serupa bumi yang punya kesamaan ukuran
serta temperatur dan mengelilingi bintang serupa matahari,’’ jelas ilmuwan
Kepler, Jeff Coughlin, dari SETI Institute di Mountain View, California.
NASA
meluncurkan pesawat berteleskop Kepler dengan biaya sampai USD 600 juta sejak
2009. Misi itu bertujuan meneliti planet-planet layak huni di galaksi Bima
Sakti (Milky Way).
Dari
sudut pandang 85 juta kilometer dari bumi, Kepler bertugas memindai cahaya dari
bintang-bintang yang jauh, mencari kilasan yang nyaris tidak terlihat karena
tertutup kilau lintang –yang menjadi petunjuk ketika sebuah planet melintas di
depan mataharinya.
Misi
Kepler telah menemukan lebih dari 1.000 planet. Dua belas di antaranya,
termasuk Kepler-425b, berukuran kurang dari dua kali lipat besar bumi dan
berada di zona habitasi bintang yang menjadi orbit mereka.
Ke
depan, para ilmuwan berniat menemukan lebih banyak planet dan mengatalogkan
atmosfer serta karakteristik lainnya. Pada 2017, NASA berencana meluncurkan
satelit ’’pemburu planet’’ yang disebut Transiting Exoplanet Survey Satellite
(TESS). TESS akan menyediakan data yang lebih terperinci mengenai ukuran,
massa, dan atmosfer planet-planet yang mengelilingi bintang-bintang yang jauh.
Tahun
berikutnya, James Webb Space Telescope juga akan mengangkasa. Platform tersebut
akan memberikan wawasan yang menakjubkan ke dunia lain, termasuk warna,
perbedaan musim, serta potensi vegetasi.
Jadi,
jika sudah terlalu kecewa dengan bumi yang kita tinggali, semakin besar harapan
bahwa kita atau anak cucu bisa pindah ke bumi lain yang lebih baik. Semoga.
(AP/Rtr/c5/kim)