Palestina harus segera merdeka. Inilah desakan 72
negara dari Bandung.
Bandung, Empat puluh menit. Hari itu
18 April 1955. Lelaki ini berpidato seperti berpekik. Suaranya menggelegar
membakar semangat seisi ruang. Kekuasaan penjajah, katanya, membentang
dari Gilbraltar hingga negeri Jepang. Rakyat di sepanjang jalur itu sudah lama
menderita.
Sepanjang pidato itu berkali-kali
terdengar gemuruh tempuk tangan. Dan pada hari ini, lanjutnya, berkumpul
pemimpin dari berbagai wilayah itu. “Mereka bukan lagi mangsa kolonialisme.
Bukan lagi menjadi alat perkakas orang lain.” Mereka yang hadir di gedung itu
seperti tersihir.
Kita tahu, lelaki di panggung itu
adalah Soekarno, presiden pertama Indonesia, yang sohor disebut sebagai singa
podium. Pidato penuh semangat itu disampaikan di Konferensi Asia Afrika di
Bandung. Sejumlah petinggi negara, seperti Jawaharlal Nehru dari India, Chou En
Lai dari China, Gamal Abdul Nasser dari Mesir dan sejumlah tokoh kunci dari
beberapa negara hadir di situ.
Konferensi itu kemudian menelurkan
sejumlah resolusi. Salah satunya resolusi menentang penjajahan. Dampak resolusi
itu luar biasa. Sejumlah negara, terutama di Afrika, bergolak merebut
kemerdekaan. Saat konferensi ini digelar tahun 1955 itu, dari 43 negara di
benua Afrika sekarang ini, baru enam yang merdeka.
Enam puluh tahun sesudah konferensi
ini, barangkali utang terbesar sejumlah negara itu adalah
Palestina. Sebuah kawasan yang makmur, alam indah, tanah subur, tapi sengsara
tak karuan semenjak kaum Israel menginjak ke situ tahun 1948.
Negeri itu sudah berjuang dan sukses
masuk menjadi pengamat di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) semenjak 22 November
1974. Sudah pula mendeklarasikan kemerdekaan 15 November 1988. Tapi bahkan
hingga 60 tahun sesudah konferensi yang menggetarkan di Bandung itu, masih saja
dijajah.
Meski diramaikan sejumlah negara di
ranah diplomasi, di lapangan Palestina tampaknya sendirian menghadang agresi
serdadu Israel. Berpuluh tahun kita menyaksikan anak-anak Palestina bersenjata
ketapel, berdiri menantang kematian dari mulut tank tempur pasukan Israel.
Sungguh tidak seimbang memang. Dan dunia seperti hanya menonton. Di sana,
ratusan ribu orang sudah “tamat.” Berjuta mengungsi.
Itulah sebabnya orang berharap
banyak dari Konferensi Asia-Afrika, yang digelar pekan ini di Bandung. Presiden
Joko Widodo sudah menggalang 92 negara yang hadir agar mendukung kemerdekaan
negeri Palestina itu.
"Kalau dilihat 60 tahun, salah
satu negara yang dulu sampai sekarang belum merdeka adalah Palestina,"
kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanattha Christiawan Nasir saat
berbincang dengan Dream.co.id.
Arrmanattha mengaku bahwa perjuangan
Konferensi Asia Afrika yang pertama, belum sepenuhnya selesai. Salah satunya
soal Palestina itu. Dan itulah sebabnya, dalam soal Palestina itu, pemerintah
Indonesia memilih bergerak cepat.
Deklarasi mendesak kemerdekaan Palestina
itu sudah diputuskan dalam pertemuan pendahuluan para pejabat tinggi sejumlah
negara Asia Afrika, yang digelar di Jakarta Minggu kemarin.”Semua negara setuju
dan tak satupun yang keberatan,” kata Arrmanattha.
Deklarasi itu akan diputuskan pada
pertemuan para kepala negara di Konferensi Asia Afrika di Bandung. Desakan
untuk memerdekakan Palestina itu merupakan satu dari 3 point penting dari
konferensi ini. Dua point lain adalah apa yang disebut sebagai Bandung Message
dan penyegaran kembali kemitraan strategis Asia-Afrika.
Kepala Staf Khusus Presiden Luhut
Panjaitan, yang juga menjadi Ketua Panitia Peringatan 60 Tahun Konferensi Asia
Afrika, menegaskan bahwa desakan untuk memerdekakan Palestina sangat penting.
Dan itu sudah menjadi komitmen pemerintah.
“Deklarasi Palestina paling menonjol
yang akan dibahas. Itu adalah janji yang pernah disampaikan presiden untuk
mendorong kemerdekaan Palestina sekaligus keanggotaan penuh Palestina di PBB,”
jelas Luhut.
Dan bukan hanya Indonesia.
Kemerdekaan bagi Palestina, kata Luhut, juga menjadi keinginan negara-negara
Asia. Bahkan bukan hanya negara yang hadir sebagai peserta, sejumlah negara
lain dari Eropa yang menjadi pengamat pada acara ini, setuju dengan deklrasi
kemerdekaan Palestina itu.
Sebenarnya deklarasi ini, lanjut
Luhut, berdasarkan hasil rapat dari duta besar dan SOM di kantor PBB di New
York, Amerika Serikat. Lalu presiden menjadikannya sebagai pembahasan utama.
Luhut begitu yakin bahwa deklarasi dukungan kemerdekaan Palestina ini akan
terwujud. Juga akan didukung seluruh rakyat Indonesia.
Bagi Indonesia, Palestina memang
bukanlah negara yang baru dikenal sehari. Ketika memperjuangkan kemerdekaan
Agustus 1945, sejumlah negara Arab memberi dukungan penuh. Dan kini, sudah
seharusnya Indonesia bahu-membahu dengan sejumlah negara Arab memperjuangan
kemerdekaan Palestina.
Palestina bagi Indonesia adalah
sebuah negara merdeka. Pengakuan itu sudah diberikan semenjak Palestinian
National Council Aljazair mendeklarasikan kemerdekaan pada 16 November 1988.
Sudah lama pula, Presiden Soekarno
begitu gigih mengutuk serangan Israel pada negara-negara Arab. Soekarno memberi
dukungan penuh bagi Negara Arab yang melawan aksi Israel. Berakhirnya kekuasaan
Soekarno tak lantas hubungan negara sahabat ini mengendur.
Hubungan kedua negara ini malah
makin erat. Mantan Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mendiang
Yasser Arafat bolak balik bertandang ke Indonesia pada 1984 dan 1993.
Entah sudah berapa banyak pula kerjasama yang dijalin kedua Negara Indonesia.
Pada Oktober 2007, Presiden
Palestina Mahmoud Abbas untuk pertama kalinya melakukan kunjungan resmi ke
Indonesia. Walhasil, kerjasama di bidang komunikasi dan pendidikan terjalin di
antara kedua Negara ini. Sejarah panjang itulah yang mendorong Indonesia paling
depan memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Kini, Bandung sedang bersolek.
Beberapa hari ini, para tukang tak bisa bersantai. Kota Paris van Java ini
harus bergegas. Jalanan, lampu penerangan, dipoles agar lebih cantik. Tak lupa,
109 batu bertuliskan nama negara jadi pemanis di sepanjang jalan menuju Gedung
Merdeka.
Kawasan kota tua Bandung ini seolah
bangkit dari masa “senjanya”. Meski tetap dengan penampilan tahun 1950-an,
kawasan itu kini terlihat permai. Dari pertemuan para kepala negara di kawasan
inilah, berjuta rakyat nun di jauh Palestina banyak berharap. (Syahid)
SUMBER: Dream
Laporan: Amrikh Palupi dan Bimo
Putro


