Tips Mengajarkan Balita Buang Air Kecil


Tips Mengajarkan Balita Buang Air Kecil

Usia Ziva sudah hampir empat tahun. Tapi dia belum bisa lepas dari popok sekali pakai. Ziva tak terbiasa memberi tahu orang tuanya kalau ingin buang air besar atau buang air kecil. Bahkan Ziva pernah buang air besar di popok kala bermain di rumah temannya, hingga menimbulkan bau tak sedap. Sampai-sampai sang teman dan ibunya mencari sumber aroma yang dikira kotoran kucing itu.  
Kedua orang tua Ziva memang tak sempat mengajarinya menggunakan toilet. Sebab mereka kerap bekerja sejak pagi hingga malam. Bahkan tak jarang dinas ke luar kota selama berhari-hari. Sedangkan nenek yang mengasuh sering marah bila mengetahui Ziva buang air besar di popok.

Sementara Giza, 2 tahun, masih belum bisa mengontrol keinginannya untuk buang air kecil. Hingga harus menggunakan popok sekali pakai. Padahal ia sering mengeluh gatal di pinggang akibat karet popok. Beberapa kali Giza tidak memakai popoknya. Namun kala bangun tidur siang, keinginan membuang air kecil sering tak dapat ia tahan. Kasur pun penuh ompol.

“Biasanya setelah membuka mata, dia akan memanggil saya. Tapi celananya sudah terlanjur basah,” kata ibu Giza, Siti, kepada Plasadana.com untuk Yahoo Indonesia, 1 November 2014. “Saya ingin sekali bisa membiasakan Giza tanpa popok. Tapi belum tahu bagaimana caranya.”

Teknologi popok bayi sekali pakai memang sangat membantu orang tua. Dengan penggunaan popok sekali pakai, Anda bisa mengajak anak bayi dan batita berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan tanpa khawatir mereka akan mengompol dan mengotori celananya. Tetapi penemuan ini membuat beberapa orang tua terlena dan lupa bahwa anak juga harus mandiri serta buang air kecil sendiri.

&lt;b&gt;A.&lt;/b&gt; Because every child is different, there’s no one-size-fits-all approach to the timing of toilet training, says Mothercraft nurse Vikki Carroll. “There isn’t an ideal age, but I would say toilet training can start sometime from the 18-month mark. From around this time, kids can start to make the connection that the feeling of a full bladder means I need to do a wee, or that sensation means I need to pass wind or do a poo.” Children also need to have developed control of their bladder and bowel, which for some kids may not happen to the needed extent until around the two-year mark. “It’s up to the individual and what signals your little person is giving you,” Vikki adds. Signs your tot is ready for the pot include having dry nappies for longer periods, making a fuss at nappy change time or when nappies are soiled, taking her nappy off, becoming curious about the toilet and letting you know before or after she’s done a wee or poo. Your littlie will also need to be able to understand when you ask questions such as “Do you need to wee?”, carry out simple sets of instructions and be able to get her pants up and down independently.<b>A.</b> Because every child is different, there’s no one-size-fits-all approach to the timing of toilet training, …

Psikolog Anak dari Fabiola Consulting, Fabiola P. Setiawan mengatakan, kemampuan anak untuk mengontrol buang air besar dan buang air kecil berbeda-beda. Tapi pada umumnya,  keinginan anak untuk tetap bersih dan kering muncul antara usia 18-24 bulan. Pada saat itu, biasanya anak sudah memiliki kemampuan fisik, bahasa, dan pengenalan diri yang baik. “ Anak mampu mengetahui dan melapor popoknya telah basah atau kotor,” ujar Fabiola.

Setelah berumur 1,5 tahun, anak bisa mengendalikan keinginan buang air kecil dan buang air besar serta menahan popoknya tetap kering selama dua jam. Mereka juga mampu menurunkan dan menarik celananya ke atas dengan baik. Dan inilah waktu yang tepat bagi orang tua untuk mengajarkan penggunaan toilet kepada anak.

Meski telah mengetahui cara penggunaan toilet, anak yang berusia 2-3 tahun bisa saja masih suka buang air di celana. Tapi itu masih bisa dimaklumi. Mungkin karena mereka terlalu asyik bermain atau kecewa akan sesuatu. “Hanya saja, sebagian besar anak tidak lagi mengompol pada usia empat tahun,” kata dia.

Jika pada usia empat tahun atau lebih, anak masih belum mengerti cara menggunakan toilet, orang tua harus tegas untuk tidak membiasakan penggunaan popok sekali pakai. Anak pun perlu mendapatkan pengertian bila pipis akan mengakibatkan basah yang membuat bokong tidak nyaman. Sehingga anak akan mengembangkan kebutuhan untuk mengatakan bahwa ia buang air dan minta dibersihkan.

Pada tahap selanjutnya, anak akan memahami hubungan sebab akibat ini. “Sehingga mereka akan lebih mudah untuk mengatakan jika ingin buang air sebelumnya,” ujar Fabiola.

Orang tua perlu pula memberikan memberikan kesempatan pada anak untuk menggunakan toilet umum ketika sedang berjalan–jalan. Dan agar anak nyaman berlatih menggunakan kloset, sebaiknya orang tua memilih toilet yang bersih.

Dewi Puspitaningtyas Faeni, psikolog keluarga dari Klinik Hipnosis Sehati menambahkan, orang tua bisa mengajarkan anak untuk memberikan tanda, berupa suara atau gerakan tubuh, bila ingin membuang air besar atau kecil. Misalnya dengan mengajarkan mereka menunjuk perut untuk buang air besar dan menunjuk bawah perut sebelum buang air kecil. Sehingga anak bisa buang air dengan cara yang benar di tempat yang seharusnya.

“Dan agar anak tidak mengompol, sebaiknya orang tua tidak lagi memberikan mereka susu menjelang tidur,” kata Dewi. “Anak bisa meminum susu sekitar tiga jam sebelum tidur. Bila terlalu dekat dengan waktu tidur, besar kemungkinan anak akan merasakan ingin pipis ketika tengah tidur.” (
Bagikan berita :
 
Supported by : Creating Website | MENOREH . Net - Media Partner
Copyright © 2013. BUANA POST.Com - All Rights Reserved
Created by News BUANA.Com
KONTAK REDAKSI