KUPU-KUPU
Di suatu pagi yang cerah, saya duduk
menyendiri di sebuah taman yang dipenuhi berbagai macam tanaman bunga. Saya
menghela nafas dalam-dalam sambil menikmati suasana sekitar yang hening.
Tiba-tiba pandangan saya terhenti oleh keindahan seekor kupu-kupu yang sedang
hinggap di sekuntum bunga. Kupu-kupu itu terlihat sangat elok rupawan dengan
sayap yang warna-warni. Sungguh indah Tuhan menciptakan hewan kecil ini dengan
kombinasi warna yang sangat serasi.
Kupu-kupu itu hinggap di setangkai
kuntum bunga cukup lama untuk menghisap madunya, kemudian hinggap di kuntum bunga
yang lain, begitu seterusnya. Terkadang datang kupu-kupu lain yang tak kalah
cantiknya, seolah mereka bertutur sapa, kemudian berlomba menghisap sari bunga.
Mereka terlihat riang menjalani hidupnya masing-masing.
Melihat kupu-kupu tadi, saya jadi teringat
asal mula kupu-kupu yang indah tersebut. Bukankah dia yang kini terlihat elok
rupawan dan memukau banyak mata, dulunya adalah seekor ulat yang untuk sebagian
orang merasa jijik jika melihatnya. Bahkan ada sebagian wanita yang akan
berteriak ketakutan bila melihat makhluk berbulu ini didekatnya. Kesannya
mungkin takut, jijik, atau bahkan alergi. Tapi toh, setelah berubah rupa
menjadi kupu-kupu yang cantik, siapa sih yang nggak suka melihatnya???
Ternyata setelah melihat sejarah
hidupnya, kupu-kupu yang cantik itu telah melewati berbagai tahap kehidupan
yang mengantarkannya pada sosok yang sekarang ini. Dulunya ia hanya seekor ulat
yang buruk rupa, hidupnya merayap di dahan dan dedaunan, dan kalau tidak
beruntung hidupnya berakhir dimakan burung atau serangga pemangsanya.
Setelah matang menjalani kehidupan
sebagai ulat, ia pun mencari tempat yang aman dan berubah menjadi kepompong.
Badannya terbujur kaku menggantung di dahan atau dedaunan. Ia tak peduli walau
siang hari panas terik menyengatnya dan malam hari dingin menusuknya. Bahkan
tak jarang hujan dan badai menerpanya. Ia tetap kokoh ditempatnya bersemedi
untuk berubah menjadi diri yang baru, diri yang penuh pesona keindahan.
Beberapa waktu kemudian, akhirnya
keluarlah ia dari kepompongnya menjadi diri yang sama sekali baru, indah
memukau dengan sayap barunya dan tubuh yang cantik, jauh beda dari wujudnya
semula. Dan kini ia telah memiliki keahlian baru, yakni bisa terbang! Lalu ia
pun terbang berkelana mencari kuntum-kuntum bunga yang indah untuk menghisap
sari bunga dan menebarkan telur-telur penerus kehidupannya.
Begitulah metamorfosis seekor
kupu-kupu; dari telur ia menetas jadi ulat, dari ulat ia menempa diri dalam
kepompong, dan dari kepompong “baru” kemudian lahirlah kupu-kupu yang
indah menawan. Tahap kehidupannya ia jalani dari generasi ke generasi tanpa ada
satu tahap pun yang dapat ia lompati. Tak ada seekor kupu-kupu mana pun yang
langsung menetas dari telur, melainkan keluar dari kepompongnya. Saya sengaja
menulis kata “baru” dengan tanda petik untuk menekankan bahwa proses menjadi
kupu-kupu–tidak bisa tidak—pasti melewati fase-fase sebelumnya.
Demikianlah, kadang kita ingin
menjadi kupu-kupu yang indah, tapi kita tidak mau jadi ulat yang buruk rupa,
tidak sanggup menjalani kehidupan kepompong yang tak berdaya. Maunya langsung
jadi sesuatu yang indah, memukau, mengagumkan dan jadi pusat perhatian banyak
orang, langsung jadi kupu-kupu!
Perubahan Diri
Maka sahabat, kalau kita ingin jadi
kupu-kupu yang cantik, sanggupkah kita menjalani metamorfosis kehidupan??
Metamorfosis itu sendiri bisa dimaknai seabagai perubahan yang dahsyat
atau perubahan besar dalam sifat.
Untuk menjadi kupu-kupu yang cantik
penuh pesona, sanggupkah kita menjalani ketertatihan sebagai ulat yang buruk
rupa, kadang dihina dan dijelek-jelekkan? Di saat tak ada yang menghargai,
mendukung atau menolong kita, tapi kita harus tetap melangkah dan terus
melangkah karena kita yakin tujuan akhir perjalanan ini.
Kuatkah kita menghadapi berbagai
tempaan dan cobaan, derita dan kesendirian dalam kepompong yang tak berdaya dan
memintal benangnya sendiri? Bersabar dalam tempaan hidup, cobaan dan godaan,
menjalani proses dengan sebaik-baiknya sebelum kita akhirnya lahir menjadi diri
yang baru, diri kita yang sesungguhnya, diri yang indah dan menebarkan
keindahan di mana pun kita berada.
Sahabat yang budiman, tiada sukses
yang didapat dengan mudah. Semua perlu proses; semua butuh keuletan, kesabaran
dan ketabahan dalam menjalani tahap-tahap sebelum sampai pada puncak kehidupan.
Tidak ada yang akan merubah diri dan
keadaan kita melainkan diri kita sendiri. Dalam kitab
suciNya, Tuhan berfirman. “Sesungguhnya Alloh tidak merubah keadaan suatu
kaum sehingga mereka merubah keadan yang ada pada diri mereka sendiri.”
Jangan lupa untuk berdoa, memohon
petunjuk dan pertolongan pada Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Mengabulkan
Permohonan hamba-Nya.
Mari kita jalani setiap tahap dan
episode hidup ini dengan penuh kearifan, kita tekadkan untuk terus berubah menjadi
lebih baik, sehingga akhirnya kita bisa bermetamorfosis menjadi pribadi yang
sukses sejati, bagaikan kupu-kupu penghias taman. Menjadi teladan yang baik
bagi umat manusia!