BUDIDAYA MELATI
MELATI
( Jasmine officinalle )
1. SEJARAH SINGKAT
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup
menahun. Di Italia melati casablanca (Jasmine officinalle), yang disebut Spansish
Jasmine ditanam tahun 1692 untuk di jadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris
dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de’
Meici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut,
Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara.
Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu cut atau Meulu Cina
(Aceh), Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu
(Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), serta Malete (Madura).
2. JENIS TANAMAN
Diantara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani baru sekitar 9
jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat 8 jenis melati yang potensial
untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan
karena belum terungkap potensi ekonomis dan sosialnya. Tanaman melati termasuk
suku melati-melatian atau famili Oleaceae.
Kedudukan tanaman melati dalam sistematika/taksonomi tumbuhan adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L) W. Ait..
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri penting (karakteristik) tanaman melati adalah sebagai
berikut:
a) Jasmine sambac Air (melati putih, puspa bangsa)
b) Jasmine multiflora Andr (melati hutan:melati gambir, poncosudo, Star Jasmine, J,.
pubescens willd).
c) Jasmine officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J.
floribundum=Jasmine grandiflorum).
perdu setinggi 1, 5 meter.
d) Jasmine rex (melati Raja, King Jasmine).
e) Jasmine parkeri Dunn (melati pot).
f) Jasmine mensyi (Jasmine primulinum, melati pimrose).
g) Jasmine revolutum Sims (melati Italia)
h) Jasmine simplicifolium ( melati Australia, J. volibile, m. bintang)
i) Melati hibrida. Bunga pink dan harum.
Adapun jenis dan varietes Melati yang ada di Pulau Jawa antara lain:
a) Jasmine. Sambac (melati Putih), antara lain varietas: Maid of Orleans, Grand
Duke of Tuscany, Menur dan Rose Pikeke
b) Jasmine. multiflorum (Star Jasmine)
c) Jasmine officinale (melati Gambir).
3. MANFAAT TANAMAN
Bunga melati bermanfaat sebagai bunga tabur, bahan industri minyak wangi,
kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau
pengharum teh.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia Pusat penyebaran tanaman melati terkonsentrasi di Jawa Tengah,
terutama di Kabupaten Pemalang, Purbalingga dan Tegal.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1) Curah hujan 112–119 mm/bulan dengan 6–9 hari hujan/bulan, serta mempunyai
iklim dengan 2–3 bulan kering dan 5–6 bulan basah.
2) Suhu udara siang hari 28-36 derajat C dan suhu udara malam hari 24-30 derajat
C,
3) Kelembaban udara (RH) yang cocok untuk budidaya tanaman ini 50-80 %.
4) Selain itu pengembangan budi daya melati paling cocok di daerah yang cukup
mendapat sinar matahari.
5.2. Media Tanam
1) Tanaman melati umumnya tumbuh subur pada jenis tanah Podsolik Merah Kuning
(PMK), latosol dan andosol.
2) Tanaman melati membutuhkan tanah yang bertekstur pasir sampai liat, aerasi dan
drainase baik, subur, gembur, banyak mengandung bahan organik dan memiliki.
3) Derajat keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman ini adalah pH=5–7.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melati dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah
sampai dataran tinggi pada ketinggian 10-1.600 m dpl. Meskipun demikian, tiap jenis
melati mempunyai daya adaptasi tersendiri terhadap lingkungan tumbuh. Melati
putih (J,sambac) ideal ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl,
sedangkan melati Star Jasmine (J.multiflorum) dapat beradaptasi dengan baik
hingga ketinggian 1.600 m dpl. Di sentrum produksi melati, seperti di Kabupaten
Tegal, Purbalingga dan Pemalang (Jawa Tengah), melati tumbuh dengan baik di
dataran rendah sampai dataran menengah (0-700 m dpl).
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Teknik Penyemaian Benih
Tancapkan tiap stek pada medium semai 10–15 cm/sepertiga dari panjang stek.
Tutup permukaan wadah persemaian dengan lembar plastik bening (transparan)
agar udara tetap lembab.
2) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
a) Penyiapan tempat semai:
- Siapkan tempat/wadah semai berupa pot berukuran besar/polybag, medium
semai (campuran tanah, pasir steril/bersih).
- Periksa dasar wadah semai dan berilah lubang kecil untuk pembuangan air
yang berlebihan.
- Isikan medium semai ke dalam wadah hingga cukup penuh/setebal 20–30
cm. Siram medium semai dengan air bersih hingga basah.
b) Pemeliharaan bibit stek:
- Lakukan penyiraman secara kontinu 1–2 kali sehari.
- Usahakan bibit stek mendapat sinar matahari pagi.
- Pindahkan tanaman bibit stek yang sudah berakar cukup kuat (umur 1–23
bulan) ke dalam polybag berisi medium tumbuh campuran tanah, pasir dan
pupuk organik (1:1:1).
- Pelihara bibit melati secara intensif (penyiraman, pemupukan dan
penyemprotan pestisida dosis rendah) hingga bibit berumur 3 bulan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
a) Bersihkan lokasi untuk kebun melati dari rumput liar (gulma), pepohonan yang
tidak berguna/batu-batuan agar mudah pengelolaan tanah.
b) Olah tanah dengan cara di cangkul/dibajak sedalam 30-40 cm hingga gembur,
kemudian biarkan kering angin selama 15 hari
2) Pembentukan Bedengan
Membentuk bedengan selebar 100-120 cm, tinggi 30-40 cm, jarak antara bedeng
40–60 cm dan panjang disesuaikan dengan kondisi lahan.
3) Pengapuran
Tanah yang pH-nya masam dapat diperbaiki melalui pengapuran, misalnya
dengan kapur kalsit (CaCO3) dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur bakar (Quick lime,
CaO)/kapur hidrat (Slakked lime,{Ca(OH)2}. Fungsi/kegunaan pengapuran tanah
masam adalah untuk menaikan pH tanah, serta untuk menambah unsur-unsur Ca
dan Mg.
4) Pemupukan
Tebarkan pupuk kandang di atas permukaan tanah, kemudian campurkan secara
merata dengan lapisan tanah atas. Pupuk kandang dimasukkan pada tiap lubang
tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis pupuk kandang berkisar antara 10-30 ton/hektar.
Lubang tanam dibuat ukuran 40 x 40 x 40 cm dengan jarak antar lubang 100-150
cm. Penyiapan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau/1-2 bulan
sebelum musim hujan.
6.3. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola Tanam
Sebulan sebelum tanam, bibit melati diadaptasikan dulu disekitar kebun. Lahan
kebun yang siap ditanami diberi pupuk dasar terdiri atas 3 gram TSP ditambah 2
gram KCI per tanaman. Bila tiap hektar lahan terdapat sekitar 60.000 lubang
tanam (jarak tanam 1,0 m x 1,5 m), kebutuhan pupuk dasar terdiri atas 180 kg
TSP dan 120 kg KCI. Bersama pemberian pupuk dasar dapat ditambahkan
“pembenah dan pemantap tanah “ misalnya Agrovit, stratos/asam humus Gro-
Mate .
2) Pembuatan Lubang Tanam
Bibit melati dalam polybag disiram medium tumbuh dan akar-akarnya. Tiap lubang
tanam ditanami satu bibit melati. Tanah dekat pangkal batang bibit melati
dipadatkan pelan-pelan agar akar-akarnya kontak langsung dengan air tanah.
3) Cara Penanaman
Jarak tanam dapat bervariasi, tergantung pada bentuk kultur budidaya, kesuburan
tanah dan jenis melati yang ditanam, bentuk kultur perkebunan jarak tanam
umumnya adalah 1 x 1,5 m, sedang variasi lainnya adalah 40 x 40 cm, 40 x 25
cm dan 100 x 40 cm.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman.
Cara penyulaman adalah dengan mengganti tanaman yang mati/tumbuhan
abnormal dengan bibit yang baru. Teknik penyulaman prinsipnya sama dengan
tata laksana penanaman, hanya saja dilakukan pada lokasi/blok/lubang tanam
yang bibitnya perlu diganti. Periode penyulaman sebaiknya tidak lebih dari satu
bulan setelah tanam. Penyulaman seawal mungkin bertujuan agar tidak
menyulitkan pemeliharaan tanam berikutnya dan pertumbuhan tanam menjadi
seragam. Waktu penyulaman sebaiknya dilakukan pada pagi/sore hari, saat sinar
matahari tidak terlalu terik dan suhu udara tidak terlalu panas.
2) Penyiangan
Pada umur satu bulan setelah tanam, kebun melati sering ditumbuhi rumputrumput
liar (gulma). Rumput liar ini menjadi pesaing tanaman melati dalam
pemenuhan kebutuhan sinar matahari, air dan unsur hara.
3) Pemupukan
Pemupukan tanaman melati dilakukan tiap tiga bulan sekali. Jenis dan dosis
pupuk yang digunakan terdiri atas Urea 300-700 kg, STP 300-500 kg dan KCI
100-300 kg/ha/tahun.
Pemberian pupuk dapat dilakukan dengan cara disebar merata dalam parit di
antara barisan tanaman/sekeliling tajuk tanaman sedalam 10-15 cm, kemudian
ditutup dengan tanah. Pemupukan dapat pula dengan cara memasukan pupuk ke
dalam lubang tugal di sekeliling tajuk tanaman melati. Waktu pemupukan adalah
sebelum melakukan pemangkasan, saat berbunga, sesuai panen bunga dan pada
saat pertumbuhan kurang prima.
Pemberian pupuk dapat meningkatkan produksi melati, terutama jenis pupuk yang
kaya unsur fosfor (P), seperti Gandasil B (6-20-30)/Hyponex biru (10-40-15) dan
waktu penyemprotan pupuk daun dilakukan pada pagi hari (Pukul 09.00) atau sore
hari (pukul 15.30-16.30) atau ketika matahari tidak terik menyengat.
4) Pengairan dan Penyiraman
Pada fase awal pertumbuhan, tanaman melati membutuhkan ketersediaan air
yang memadai. Pengairan perlu secara kontinyu tiap hari sampai tanaman
berumur kurang lebih 1 bulan. Pengairan dilakukan 1-2 kali sehari yakni pada pagi
dan sore hari. Cara pengairan adalah dengan disiram iar bersih tiap tanam hingga
tanah di sekitar perakaran cukup basah.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Zat perangsang/zat pengatur Tumbuh (ZPT) dapat digunakan untuk
mempertahankan dan meningkatkan produksi bunga, zat perangsang bunga yang
berpengaruh baik terhadap pembungaan melati adalah Cycocel (Chloromiguat)
dan Etherel. Tanaman melati yang di semprot dengan Cycocel berkonsentrasi
5.000 ppm memberikan hasil bunga yang paling tinggi, yakni 1,45 kg/ tanaman.
Cara pemberiannya: zat perangsang bunga disemprotkan pada seluruh bagian
tanaman, terutama bagian ujung dan tunas-tunas pembungaan. Konsentrasi yang
dianjurkan 3.000 ppm–5.000 ppm untuk Cycocel atau 500-1.500 ppm bila
digunakan Ethrel.
6) Lain-lain
Tanaman melati umumnya tumbuh menjalar, kecuali pada beberapa jenis melati,
seperti varietas Grand Duke of tuscany yang tipe pertumbuhannya tegak. Tinggi
pemangkasan amat tergantung pada jenis melati, jenis melati putih (J.sambac)
dapat di pangkas pada ketinggian 75 cm dari permukaan tanah, sedangkan jenis
melati Spnish Jasmine (J. officinale var. grandiflorum) setinggi 90 cm dari
permukaan tanah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman melati tidak luput dari gangguan hama dan penyakit, prinsip pokok dan
prioritas teknologi pengendalian hama/penyakit .
a. Pengendalian hayati dilakukan secara maksimal dengan memanfaatkan musuhmusuh
alami hama (parasitoid, perdator, patogen) dengan cara:
- memasukan, memelihara, memperbanyak, melepaskan musuh alami
- mengurangi penggunaan pestisida organik sintetik yang berspektrum
lebar/menggunakan pestisida selektif.
b. Ekosistem pertanian dikelola dengan cara:
- penggunaan bibit sehat
- sanitasi kebun
- pemupukan berimbang
- pergiliran tanaman yang baik
- penggunaan tanaman perangkap,
c. Pestisida digunakan secara selektif berdasarkan hasil pemantauan dan analisis
ekosistem.
7.1. Hama
1) Ulat palpita (Palpita unionalis Hubn)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae, Stadium hama yang
merusak tanaman melati adalah larva (ulat). Pengendalian: dilakukan dengan
cara memotong bagian tanaman yang terserang berat dan menyemprotkan
insektisida yang mangkus dan sangkil, misalnya Decis 2,5 EC, Perfekthion 400
E/Curacron 500 EC .
2) Penggerek bunga (Hendecasis duplifascials)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Gejala: menyerang
tanaman melati dengan cara menggerek/melubangi bunga sehingga gagal mekar.
Kuntum bunga yang terserang menjadi rusak dan kadang-kadang terjadi infeksi
sekunder oleh cendawan hingga menyebabkan bunga busuk. Pengendalian:
disemprot dengan insektisida yang mangkus, misalnya Decis 2,5 EC, Cascade 50
EC/Lannate L .
3) Thips (Thrips sp)
Thrips termasuk ordo Thysanoptera dan famili Thripidae. Hama ini bersifat
pemangsa segala jenis tanaman (polifag). Gejala: menyerang dengan cara
mengisap cairan permukaan daun, terutama daun-daun muda (pucuk).
Pengendalian: dilakukan dengan cara mengurangi ragam jenis tanaman inang di
sekitar kebun melati dan menyemprotkan insektisida yang mangkus : Mesurol 50
WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol 25 SP .
4) Sisik peudococcus (Psuedococcus longispinus)
Hama ini termasuk ordo Pseudococcidae dan famili Homoptera yang hidup secara
berkelompok pada tangkai tunas dan permukaan daun bagian bawah hingga
menyerupai sisik berwarna abu-abu atau kekuning-kuningan. Gejala: menyerang
tanaman dengan cara mengisap cairan sel tanaman dan mengeluarkan cairan
madu. Pengendalian: dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang
mangkus, misalnya Bassa 500 EC/Nogos 50 EC.
5) Ulat nausinoe (Nausinoe geometralis)
Hama ini termasuk ordo Lepidoptera dan famili Pyralidae. Ciri: ngengat berwarna
coklat dengan panjang badan rata-rata 12 mm dan panjang rentang sayap kurang
lebih 24 mm berwarna coklat dan berbintik-bintik transparan. Gejala: menyerang
daun tanaman melati identik (sama) dengan serangan ulat P. unionalis.
6) Hama Lain.
Hama lain yang sering ditemukan adalah kutu putih (Dialeurodes citri) dan kutu
tempurung (scale insects). Bergerombol menempel pada cabang, ranting dan
pucuk tanaman melati, menyerang dengan cara mengisap cairan sel, sehingga
proses fotosintesis (metabolisme). Pengendalian dilakukan dengan
menyemprotkan insektisida yang mangkus, seperti Perfekthion 400 EC/Decis 2,5
EC.
7.2. Penyakit
1) Hawar daun
Penyebab: cendawan (jamur) Rhizcotonia solani Kuhn. Gejala: menyerang daun
yang letaknya dekat permukaan tanah.
2) Hawar benang (Thread Blight)
Penyebab: jamur Marasmiellus scandens (Mass). Gejala: menyerang bagian
cabang tanaman melati.
3) Hawar bunga (Flower Blight)
Penyebab: cendawan (jamur) Curvularia sp. Fusarium sp dan Phoma sp,. Gejala:
bunga busuk, berwarna coklat muda dan kadang-kadang bunga berguguran.
4) Jamur upas
Penyebab: jamur Capnodium salmonicolor. Penyakit ini menyerang batang dan
cabang tanaman melati yang berkayu. Gejala: terjadi pembusukan yang tertutup
oleh lapisan jamur berwarna merah jambu pada bagian tanaman terinfeksi
apnodium sp. dan Meliola jasmini Hansf. et Stev. Gejala serangan capnodium
adalah permukaan atas daun tertutup oleh kapang jelaga berwarna hitam merata.
5) Bercak daun
Penyebab: jamur Pestaloita sp. Gejala: bercak-bercak berwarna coklat sampai
kehitam-hitaman pada daun.
6) Karat daun (Rust)
Penyebab: ganggang hijau parasit (Cephaleuros virescens Kunze). Gejala: pada
permukaan daun yang terserang tampak bercak-bercak kemerah-merahaan dan
berbulu. Penyakit ini umumnya menyerang daun-daun yang tua.
7) Antraknosa
Penyebab: jamur Colletotrichum gloesporoides. Gejala : terbentuk bintik-bintik
kecil berwarna kehitam-hitaman. Bintik-bintik tersebut membesar dan memanjang
berwarna merah jambu, terutama pada bagian daun. Serangan berat dapat
menyebabkan mati ujung (die back).
8) Penyakit lain
Busuk bunga oleh bakteri Erwinia tumafucuens. Bintil akar oleh nematoda
Meloidogyne incognito, penyebab abnormilitas perakaran tanaman. Virus kerdil
penyebab terhambatnya pertumbuhan tanaman melati, belang-belang daun dan
kadang-kadang seluruh ranting dan pucuk menjadi kaku.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang sudah saatnya dipanen adalah ukuran kuntum bunga
sudah besar (maksimal) dan masih kuncup/setengah mekar. Produksi bunga melati
di Indoensia masih rendah yakni berkisar antara 20-25 kg/hektar/hari.
Tanaman melati mulai berbunga pada umur 7-12 bulan setelah tanam. Panen bunga
melati dapat dilakukan sepanjang tahun secara berkali-kali sampai umur tanaman
antara 5-10 tahun. Setiap tahun berbunga tanaman melati umumnya berlangsung
selama 12 minggu (3 bulan).
8.2. Cara Panen
Pemetikan bunga melati sebaiknya dilakukan pada pagi sore, yakni saat sinar
matahari tidak terlalu terik/suhu udara tidak terlalu panas.
8.3. Periode Panen
Hasil panen bunga melati terbanyak berkisar antara 1-2 minggu. Selanjutnya,
produksi bunga akan menurun dan 2 bulan kemudian meningkat lagi
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi bunga melati paling tinggi biasanya pada musim hujan, di Jawa Tengah,
panen bunga melati pada musim kemarau menghasilkan 5–10 kg/hektar, sedangkan
panen pada musim hujan mencapai 300-1.000kg/ha. Data produksi bunga melati di
Indonesia berkisar 1,5–2 ton/ha/th pada musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/th pada
musim kemarau.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Di tempat terbuka bunga melati akan cepat layu untuk
mempertahankan/memperpanjang kesegaran bunga tersebut dihamparkan dalam
tampah beralas lembar plastik kemudian disimpan di ruangan bersuhu udara dingin
antara 0-5 derajat C.
9.2. Lain-lain
Salah satu produk pengolahan pascapanen bunga melati adalah Jasmine Oil.
a) Minyak melati istimewa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
pelarut ether minyak bumi, sebagai bahan baku minyak wangi mutu tinggi.
b) Minyak melati biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati dengan
pelarut benzole, sebagai bahan baku minyak wangi mutu sedang.
c) Minyak pomade istimewa, yakni minyak yang diperoleh dengan teknik enfleurage
bunga melati, sebagai bahan baku minyak rambut.
d) Minyak pomade biasa, yakni minyak yang diekstraksi dari bunga melati bekas
enfleurage, sebagai pewangi teknis.
Teknik enfleurage disebut teknik olesan. Prinsip kerja ekstraksi bunga melati dengan
teknik olesan adalah sebagai berikut:
a) Oleskan lemak muri pada permukaan kaca tipis.
b) Letakan bunga melati yang masih segar (baru petik) diatas permukaan kaca .
c) Simpan kaca tipis bersama bunga melati dalam rak-rak penyimpanan yang terbuat
dari plastik, kayu/logam tahan karat.
d) Biarkan bunga melati selama 3-4 hari sampai bunga tersebut layu.
e) Bunga melati yang telah layu segera dibuang untuk diganti dengan bunga-bunga
baru/masih segar.
f) Lakukan cara tadi secara berulang-ulang selama 2-3 bulan hingga lemak dipenuhi
minyak wangi bunga melati.
Teknik ekstraksi minyak melati dapat dilakukan dengan teknik tabung hampa.
a) Masukan bunga melati segar ke dalam tabung, kemudian alirkan bahan pelarut
(alkohol, ether, chlorofrom, ecetone, lemak murni, ether minyak bumi) secara
berkesinambungan.
b) Salurkan cairan ekstrak yang mengandung bahan pelarut dan unsur-unsur bunga
melati ke tabung hampa udara yang dipanaskan sekedarnya untuk menguapkan
bahan pelarut. Uap pelarut diallirkan kembali ke kondensor agar menjadi cairan.
c) Tambahkan ethanol ke dalam unsur bunga melati. Unsur bunga melati biasanya
berupa lilin padat (concrete) yang masih mengandung zat pewarna, damar dan
unsur lain yang tidak menguap.
d) Campurkan minyak tadi dengan alkohol kemudian saring kembali untuk
menghilangkan kandungan damar.
e) Lakukan penyulingan absolut dengan menggunakan sthlene glycol penyinaran
dengan sinar ultra violet untuk menghilangkan zat pewarna.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisa budidaya tanaman melati seluas 0,5 ha yang dilakukan pada tahun
1999 di daerah Bogor.
1) Biaya produksi
1. Sewa lahan 0,5 ha Rp. 750.000,-
2. Bibit Rp. 190.000,-
3. Pupuk Rp. 325.000,-
4. Pestisida Rp. 50. 000,-
5. Tenaga kerja Rp. 6.425.000,-
6. Alat (penyusunan alat-alat) Rp. 50.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 7.790.000,-
2) Pendapatan 15.555 kg @ Rp. 850,- Rp.12.750.000,-
3) Keuntungan bersih Rp. 4.960.000,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. O/I Ratio = 1,637
2. ROI = 0,698
3. BEP Rp. 1.696.352,84,-
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Pengembangan usaha tani melati skala komersial mempunyai prospek cerah
danpeluang pasarnya bagus. Tiap hari untuk keperluan tabur bunga dibutuhkan 600
kilogram bunga melati. Pasar potensial bunga melati adalah Jepang, Korea,
Thailand, Taiwan dan Hongkong. Nilai ekonomi bunga melati semakin dibutuhkan
dalam kehidupan maju (modern) untuk bahan baku industri minyak wangi, kosmetik,
pewangi, penyedap the, cat, tinta, pestisida, pewangi sabun dan industri tekstil.
Meski peluang pasar bunga melati di dalam dan luar negeri cukup besar, produksi
bunga melati Indonesia baru mampu memenuhi sekitar 2% dari kebutuhan melati
pasar dunia. Penomena ini menunjukan peluang yang perlu dimanfaatkan dengan
baik di Indonesia karena potensi sumber daya lahan amat luas dan agroekologinya
cocok untuk tani melati.
Hasil studi agribisnis melati yang dilakukan oleh pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura di daerah setrum produksi Tegal (Jawa Tengah)
menunjukan bahwa usaha tani melati menguntungkan dan layak dikembangkan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar melati meliputi ruang lingkup, deskripsi, klasifikasi, syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji, syarat penandaan dan pengemasan.
11.2.Diskripsi
…
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
Mutu dan pengepakan bunga untuk ekspor ke pasaran Internasional sangat
ditentukan oleh negara pengimpor.
11.4.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot bunga melati segar terdiri atas maksimum 1.000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari jumlah kemasan.
11.5.Pengemasan
Bunga melati segar dikemas dengan kotak karton yang baru dan kokoh, baik, bersih
dan kering serta berventilasi. Jumlah tangkai sebanyak 15-20 tangkai diikat dan
dibungkus. Kemudian dimasukkan ke dalam kemasan karton. Kemasan lain dengan
bobot dan jumlah tangkai tertentu dapat digunakan atasdasar kesepakatan antara
pihak penjual dan pihak pembeli. Ujung tangkai bunga dimasukkan ke dalam
kantong plastik berisi kapas basah mengandung bahan pengawet.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Rukmana H. Rahmat (1997). Usaha Tani Melati, Yogyakarta, Kanisus